KITA ADALAH
PEMILIK SAH REPUBLIK INI
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku ?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
1966
PEMILIK SAH REPUBLIK INI
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku ?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
1966
Rasanya saya tak sanggup membendung air mata saya ketika membaca puisi karya Taufik Ismail ini. Betapa kita kini bisa dikatakan "buruh di rumah kita sendiri", kita yang diberi anugerah kekayaan dari Tuhan tapi orang lain yang menikmatinya, sedangkan rakyat kita banyak yang menengadahkan tangan di pinggir jalan, memenuhi kolong jembatan bersama sanak keluarganya yang kelaparan, menangis terlunta-lunta ketika Satpol PP menenrtibkan mereka. atau mereka yang menangis di tenda pengungsiaan ketika banjir, gunung meletus, tanah longsor, tsunami dan bencana lainnya melanda daerahnya, sedangkan bantuan untuk mereka tak kunjung datang..
Sedangkan di atas sana, para pemegang kekuasaan sibuk menata kehidupan. Entah apa yang mereka tata, katanya "untuk kepentingan rakyat!!" Berbagai sumber daya alam dijual, perusahaan-perusahaan asing berdiri di bumi Indonesia, sedangkan sang pemilik -- Rakyat Indonesia -- menjadi buruhnya yang senatiasa berkata, "Duli Tuanku ?" Apakah ini yang namanya merdeka??
"Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
Kita harus
Berjalan terus.
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur"
Berarti hancur"
Ya, kita harus berjalan terus! Mewujudkan Indonesia yang lebih baik, sebuah negara yang benar-benar diinginkan oleh rakyat..